Jakarta, CNBC Indonesia - Putra Bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep telah bergabung menjadi kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Hal ini cukup mengejutkan publik, mengingat ayahnya bukanlah seorang kader PSI, melainkan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Kaesang sendiri mendaftar ke PSI sekira satu minggu lalu. Namun penyerahkan KTA baru dilakukan pada Sabtu (23/9/2023), usai PSI mengunggah video sosok pria yang disebut mawar. DPP PSI secara simbolis menyerahkan Friendship Card atau Kartu Tanda Anggota (KTA) PSI di kediaman Kaesang di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.

Sebagai catatan, jejak yang ditempuh Kaesang ini berbeda dengan ayahnya Jokowi yang memantapkan hati bergabung PDI-P 2004 silam. Setahun setelahnya Jokowi maju sebagai Walikota Solo tahun 2005 bersama FX Hadi Rudyatmo.

Kaesang mengungkapkan alasan dirinya bergabung dengan partai tersebut karena memiliki kesamaan visi dan misi.

"Kami kebetulan punya kesamaan dan keinginan, kami ingin anak-anak muda bisa lebih terlibat di sektor publik," kata Kaesang mengutip detikJateng, Sabtu (23/9/2023).

Menurutnya, Ia ingin anak muda menjadi objek yang aktif dalam pemilihan umum yang akan diselenggarakan tahun 2024 mendatang. Kaesang mengungkapkan, pemilu juga menyangkut masa depan anak muda Indonesia.

"Apalagi di Pemilu, anak muda dijadikan sebagai objek pasif, kita mau mereka jadi objek aktif. Mau gimanapun masa depan Indonesia itu untuk anak muda Indonesia," tuturnya.

"Saya lihat PSI partai yang bagus, diisi oleh anak-anak muda yang berintegritas, punya kompetensi juga. Yang terpenting mereka punya semangat untuk mebuat Indonesia jauh lebih baik. Cuma sayangnya mereka nggak masuk Senayan," ujarnya

Menanggapi perbedaan partai antara ayah dan anak, dilansir dari CNN Indonesia, Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi Partai Djarot Saiful Hidayat menjelaskan aturan di internal partainya soal larangan keluarga inti kader berbeda partai.

Menurutnya, keluarga inti termasuk suami/istri maupun anak yang masih dalam tanggungan. Sementara itu, Djarot menilai Kaesang bukan lagi merupakan anak dalam tanggungan sehingga pihaknya tidak akan melarang jika Kaesang bergabung dengan partai lain.

Bukan hanya Kaesang dan Jokowi yang mengemban partai yang berbeda, namun pasangan ayah dan anak berikut ini juga memilih jalan politik yang berbeda.

Fathan dan Tifatul Sembiring

Anggota DPR fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tifatul Sembiring bersama dengan anaknya yakni Fathan Sembiring pernah berada di partai yang sama. Namun per Januari 2022, Fathan memutuskan untuk mengundurkan diri dari PKS.

Kisruh antar ayah dan anak ini muncul saat Tifatul bicara soal polemik 'jin buang anak' dan kemudian mengklarifikasi pernyataannya. Meski sudah mengklarifikasi, pernyataan awal Tifatul tetap mendapat kritik keras dari anaknya sendiri, Fathan Sembiring.

Kritik itu dilontarkan Fathan melalui status Facebooknya. Dia meminta ayahnya diam dan tidak membuat keisengan-keisengan.

Dilansir dari detik.com, dia mengatakan lontaran-lontaran seperti 'jin buang anak' memang tak jadi masalah di era generasi ayahnya. Namun, menurutnya, Tifatul lupa bahwa sekarang sudah berbeda zaman.

Mumtaz dan Amien Rais

Mumtaz Rais yang merupakan politikus Partai Amanat Nasional (PAN) dan anak dari Amien Rais yang merupakan pendiri Partai Ummat memilih kendaraan politik yang berbeda. Meskipun sebelumnya, Amien Rais merupakan politisi dari PAN bahkan memegang posisi strategis di PAN.

Amien Rais pada akhirnya keluar dari PAN dan mendirikan partai Ummat pada 2021. Kendati demikian, Mumtaz tetap tercatat sebagai politisi PAN, bahkan sempat berkantor di Senayan periode 2009-2014. Kini, Mumtaz menjabat sebagai salah satu ketua DPP PAN.

Rizki dan Dimyati Natakusumah

Rizki merupakan politisi dari Partai Demokrat dan menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024 ini juga anak dari politisi Achmad Dimyati Natakusumah yang merupakan anggota komisi III DPR RI dari fraksi PKS.

Sebelum berlabuh ke PKS, Dimyati sempat menjadi politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan menjabat sebagai sekjen kubu Djan Faridz. Bahkan pada saat itu, ia mengalami kesulitan meraup suara di PKS lantaran orang-orang sudah mengenalnya sebagai kader PPP.

Presiden Soeharto, Tommy Soeharto, dan Titiek Soeharto

Suharto yang merupakan Presiden Indonesia ke-2 adalah salah satu pendiri dari Partai Golongan Karya (Golkar). Ia bersama dengan Suhardiman mendirikan Golkar pada 20 Oktober 1964. Bersama dengan partai ini, Presiden Soeharto melanggengkan kekuasaannya selama 32 tahun pada masa pemerintahan orde baru. Kendati demikian, Soeharto tidak pernah menjadi Ketua Umum Partai Golkar.

Tommy Soeharto yang merupakan anak dari Presiden Soeharto justru merapat ke Partai Swara Indonesia (Parsindo). Tommy Soeharto diketahui kehilangan Partai Berkarya. Kepengurusan Partai Berkarya pecah dan legitimasinya kini dikantongi oleh Muchdi PR.

Namun, ternyata asa politik Tommy tak pupus. Tommy merapat ke Parsindo yang kini dipimpin Jusuf Rizal, Presiden LSM Lumbung Informasi Rakyat (LIRA)

Sementara Siti Hediati Soeharto alias Titiek Soeharto kembali bertarung memperebutkan kursi DPR RI lewat Partai Gerindra. Ia tercatat sebagai bakal caleg Partai Gerindra untuk Dapil DI Yogyakarta.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Jakarta, CNBC Indonesia - Putra Bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep telah bergabung menjadi kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Hal ini cukup mengejutkan publik, mengingat ayahnya bukanlah seorang kader PSI, melainkan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Kaesang sendiri mendaftar ke PSI sekira satu minggu lalu. Namun penyerahkan KTA baru dilakukan pada Sabtu (23/9/2023), usai PSI mengunggah video sosok pria yang disebut mawar. DPP PSI secara simbolis menyerahkan Friendship Card atau Kartu Tanda Anggota (KTA) PSI di kediaman Kaesang di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.

Sebagai catatan, jejak yang ditempuh Kaesang ini berbeda dengan ayahnya Jokowi yang memantapkan hati bergabung PDI-P 2004 silam. Setahun setelahnya Jokowi maju sebagai Walikota Solo tahun 2005 bersama FX Hadi Rudyatmo.

Kaesang mengungkapkan alasan dirinya bergabung dengan partai tersebut karena memiliki kesamaan visi dan misi.

"Kami kebetulan punya kesamaan dan keinginan, kami ingin anak-anak muda bisa lebih terlibat di sektor publik," kata Kaesang mengutip detikJateng, Sabtu (23/9/2023).

Menurutnya, Ia ingin anak muda menjadi objek yang aktif dalam pemilihan umum yang akan diselenggarakan tahun 2024 mendatang. Kaesang mengungkapkan, pemilu juga menyangkut masa depan anak muda Indonesia.

"Apalagi di Pemilu, anak muda dijadikan sebagai objek pasif, kita mau mereka jadi objek aktif. Mau gimanapun masa depan Indonesia itu untuk anak muda Indonesia," tuturnya.

"Saya lihat PSI partai yang bagus, diisi oleh anak-anak muda yang berintegritas, punya kompetensi juga. Yang terpenting mereka punya semangat untuk mebuat Indonesia jauh lebih baik. Cuma sayangnya mereka nggak masuk Senayan," ujarnya

Menanggapi perbedaan partai antara ayah dan anak, dilansir dari CNN Indonesia, Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi Partai Djarot Saiful Hidayat menjelaskan aturan di internal partainya soal larangan keluarga inti kader berbeda partai.

Menurutnya, keluarga inti termasuk suami/istri maupun anak yang masih dalam tanggungan. Sementara itu, Djarot menilai Kaesang bukan lagi merupakan anak dalam tanggungan sehingga pihaknya tidak akan melarang jika Kaesang bergabung dengan partai lain.

Bukan hanya Kaesang dan Jokowi yang mengemban partai yang berbeda, namun pasangan ayah dan anak berikut ini juga memilih jalan politik yang berbeda.

Fathan dan Tifatul Sembiring

Anggota DPR fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tifatul Sembiring bersama dengan anaknya yakni Fathan Sembiring pernah berada di partai yang sama. Namun per Januari 2022, Fathan memutuskan untuk mengundurkan diri dari PKS.

Kisruh antar ayah dan anak ini muncul saat Tifatul bicara soal polemik 'jin buang anak' dan kemudian mengklarifikasi pernyataannya. Meski sudah mengklarifikasi, pernyataan awal Tifatul tetap mendapat kritik keras dari anaknya sendiri, Fathan Sembiring.

Kritik itu dilontarkan Fathan melalui status Facebooknya. Dia meminta ayahnya diam dan tidak membuat keisengan-keisengan.

Dilansir dari detik.com, dia mengatakan lontaran-lontaran seperti 'jin buang anak' memang tak jadi masalah di era generasi ayahnya. Namun, menurutnya, Tifatul lupa bahwa sekarang sudah berbeda zaman.

Mumtaz dan Amien Rais

Mumtaz Rais yang merupakan politikus Partai Amanat Nasional (PAN) dan anak dari Amien Rais yang merupakan pendiri Partai Ummat memilih kendaraan politik yang berbeda. Meskipun sebelumnya, Amien Rais merupakan politisi dari PAN bahkan memegang posisi strategis di PAN.

Amien Rais pada akhirnya keluar dari PAN dan mendirikan partai Ummat pada 2021. Kendati demikian, Mumtaz tetap tercatat sebagai politisi PAN, bahkan sempat berkantor di Senayan periode 2009-2014. Kini, Mumtaz menjabat sebagai salah satu ketua DPP PAN.

Rizki dan Dimyati Natakusumah

Rizki merupakan politisi dari Partai Demokrat dan menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024 ini juga anak dari politisi Achmad Dimyati Natakusumah yang merupakan anggota komisi III DPR RI dari fraksi PKS.

Sebelum berlabuh ke PKS, Dimyati sempat menjadi politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan menjabat sebagai sekjen kubu Djan Faridz. Bahkan pada saat itu, ia mengalami kesulitan meraup suara di PKS lantaran orang-orang sudah mengenalnya sebagai kader PPP.

Presiden Soeharto, Tommy Soeharto, dan Titiek Soeharto

Suharto yang merupakan Presiden Indonesia ke-2 adalah salah satu pendiri dari Partai Golongan Karya (Golkar). Ia bersama dengan Suhardiman mendirikan Golkar pada 20 Oktober 1964. Bersama dengan partai ini, Presiden Soeharto melanggengkan kekuasaannya selama 32 tahun pada masa pemerintahan orde baru. Kendati demikian, Soeharto tidak pernah menjadi Ketua Umum Partai Golkar.

Tommy Soeharto yang merupakan anak dari Presiden Soeharto justru merapat ke Partai Swara Indonesia (Parsindo). Tommy Soeharto diketahui kehilangan Partai Berkarya. Kepengurusan Partai Berkarya pecah dan legitimasinya kini dikantongi oleh Muchdi PR.

Namun, ternyata asa politik Tommy tak pupus. Tommy merapat ke Parsindo yang kini dipimpin Jusuf Rizal, Presiden LSM Lumbung Informasi Rakyat (LIRA)

Sementara Siti Hediati Soeharto alias Titiek Soeharto kembali bertarung memperebutkan kursi DPR RI lewat Partai Gerindra. Ia tercatat sebagai bakal caleg Partai Gerindra untuk Dapil DI Yogyakarta.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Suara.com - Keputusan Kaesang pangarep bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) cukup mengagetkan publik. Sebab Kaesang diketahui merupakan putra bungsu dari Prisiden Joko Widodo atau Jokowi yang merupakan kader PDI Perjuangan.

Karena itulah awalnya banyak yang mengira Kaesang juga akan berlabuh di PDIP, seperti kakaknya Gibran Rakabuming. Namun Kaesang memilih menjadi kader PSI dan telah menerima kartu tanda anggota dari DPP PSI pada Sabtu (23/9/2023) lalu.

Menurut Kaesang, PSI merupakan partai bagus yang diisi oleh anak-anam muda berintegritas. Ia juga memandang bahwa kader PSI yang didominasi anak muda memiliki semangat untuk membawa Indonesia lebih maju. Kekurangannya, kata Kaesang, hanyalah PSI belum bisa menembus Senayan.

Terlepas dari itu, trrnyata perbedaan pilihan politik antara ayah dan anak di Indonesia bukan hanya Kaesang dengan Jokowi. Dalam rentang sejarah perpolitikan Indonesia, pernah ada pasangan ayah dan anak lainnya yang berlabuh di dua partai politik yang berbeda.

Baca Juga: Kaesang Pilih PSI, Politisi PDIP Langsung Ungkit Jasa Partai: Kita Sudah Berikan Segalanya untuk Keluarga Jokowi

Siapa sajakah mereka? Berikut ulasannya.

Mumtaz Rais dan Amien Rais

Awalnya Amien Rais merupakan pendiri dari Partai Amanat Nasional (PAN) pasca reformasi Indonesia pada 1998 lalu.

Jejaknya lalu diikuti dengan salah satu anaknya, yakni Mumtaz Rais yang turun bergabung dengan PAN hingga kini.

Namun akhirnya Amien Rais hengkang dari PAN dan mendirikan partai baru yakni Partai Ummat pada 2021. Sementara Mumtas Rais tetap bertahan di PAN.

Baca Juga: Gibran Pelit Bicara Saat Ditodong Soal Kaesang Jadi Ketum PSI

Rizki dan Dimyati Natakusumah

Rizki dikenal sebagai salah satu politisi dari Partai Demokrat. Kini ia juga menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024.

Namun jalan politik yang ia pilih berbeda dengan sang ayah Achmad Dimyati Natakusumah yang merupakan salah satu kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan duduk di Komisi III DPR RI.

Sebelum bergabung dengan PKS, Dimyati merupakan kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan sempat menjabat sebagai Sekjen PPP kubu Djan Faridz.

Karena lebih dulu dikenal sebagai politikus PPP, Dimyati sempat kesulitan meraup suara di PKS, karena orang-orang lebih mengenalnya sebagai kader partai berlambang Kakbah itu.

Soeharto dan anak-anaknya

Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto merupakan salah dari pendiri Golongan Karya (Golkar) yang merupakan cikal bakal Partai Golkar saat ini.

Meski tak pernah menjadi Ketua Golkar, Soeharto berhasil melanggengkan kekuasaannya sebagai presiden Indonesia selama 32 tahun.

Anak-anak Soeharto beberapa juga ada yang ikut aktif berpolitik. Di antaranya Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto dan Siti Hediati atau Titiek Soeharto.

Tommy Soeharto pernah bergabung dengan Partai Golkar, namun kini justru merapat ke Partai Swara Indonesia (Parsindo).

Ia juga pernah mendirikan Partai Berkarya, namun kepengurusannya pecah dan kini legitimasi Partai Berkarya dipegang oleh Muchdi PR.

Sementara Titiek Soeharto kini bergabung dengan Partai Gerindra dan memperebutkan kursi DPR RI dari Dapil DI Yogyakarta.

Kontributor : Damayanti Kahyangan

Suara.com - Keputusan Kaesang pangarep bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) cukup mengagetkan publik. Sebab Kaesang diketahui merupakan putra bungsu dari Prisiden Joko Widodo atau Jokowi yang merupakan kader PDI Perjuangan.

Karena itulah awalnya banyak yang mengira Kaesang juga akan berlabuh di PDIP, seperti kakaknya Gibran Rakabuming. Namun Kaesang memilih menjadi kader PSI dan telah menerima kartu tanda anggota dari DPP PSI pada Sabtu (23/9/2023) lalu.

Menurut Kaesang, PSI merupakan partai bagus yang diisi oleh anak-anam muda berintegritas. Ia juga memandang bahwa kader PSI yang didominasi anak muda memiliki semangat untuk membawa Indonesia lebih maju. Kekurangannya, kata Kaesang, hanyalah PSI belum bisa menembus Senayan.

Terlepas dari itu, trrnyata perbedaan pilihan politik antara ayah dan anak di Indonesia bukan hanya Kaesang dengan Jokowi.

Dalam rentang sejarah perpolitikan Indonesia, pernah ada pasangan ayah dan anak lainnya yang berlabuh di dua partai politik yang berbeda. Simak video lengkapnya!

Voice Over/Video Editor : Widy/Farrel

tirto.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah melakukan rapat pleno penetapan Anggota DPRD DIY terpilih dalam Pileg 2019 yang selanjutnya akan dilantik.

Melalui data yang disampaikan oleh Ketua KPU DIY Hamdan Kurniawan, terdapat 55 anggota DPRD DIY terpilih yang telah ditetapkan pada Sabtu (10/8/2019). Dua nama di antaranya merupakan anak dari politisi senior Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais.

Dua anak Amien Rais yang menjadi anggota DPRD DIY terpilih adalah Hanum Salsabiela Rais dan Ahmad Baihaqy Rais. Keduanya sama-sama dari PAN hanya berbeda daerah pilihan (dapil).

Hanum bertarung di dapil VI yang meliputi kawasan Sleman Utara berhasil mendulang 23.567 suara. Sedangkan Baihaqy mewakili dapil IV, mewakili warga Kabupaten Kulonprogo dengan perolehan 12.505 suara.

"[Pelantikan akan dilakukan pada tanggal] 2 September 2019," kata Hamdan saat dikonfirmasi, Selasa (13/8/2019).

Dari daftar anggota DPRD DIY terpilih, PDIP mengirimkan wakil terbanyak. Total ada 17 anggota DPRD DIY terpilih dari PDIP yang akan dilantik.

Sementara kursi lainnya diraih Gerindra, PAN, dan PKS dengan tujuh kursi. PKB berhasil meraih enam kursi, lalu Golkar memperoleh lima kursi, dan Nasdem tiga.

Berikut daftar anggota DPRD DIY terpilih:

1. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN-H. KOESWANTO, SIP

2. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN-BAMBANG SETYO MARTONO, SE, MBA

3. PARTAI AMANAT NASIONAL- DRA. HJ. SITI NURJANNAH

4. PARTAI NASDEM-Ir. WIDI SUTIKNO, M.Si.

5. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- NURYADI, S.Pd

6. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- GIMMY RUSDIN, SE

7. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- Dra. RITA NUR MASTUTI, M.Pd

8. PARTAI GOLONGAN KARYA- DRS. H.SUWARDI

9. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- SUTEMAS WALUYANTO, S.Sos

10. PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA- H. YOSERIZAL, S.H.

11. PARTAI AMANAT NASIONAL- Ir. ATMAJI

12. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- IMAM PRIYONO D PUTRANTO, S.E, M.Si

13. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA- H. SUTIYO, S.E

14. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- Drs. SUDARTO

15. PARTAI NASDEM- SUPARJA, S.IP

16. PARTAI AMANAT NASIONAL- SUHARWANTA, S.T

17. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA- Drs. ASLAM RIDLO, M.AP

18. PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA- RM. SINARBIYATNUJANAT, S.E

19. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- RB. DWI WAHYU B., S.Pd, M.Si

20. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- JOKO B. PURNOMO

21. PARTAI NASDEM- HERI DWI HARYONO, S.H.

22. PARTAI KEADILAN SEJAHTERA- Ir. IMAM TAUFIK

23. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- H. ISPRIYATUN KATIR TRIATMOJO

24. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- Dr. HJ. YUNI SATIA RAHAYU, SS, M.Hum

25. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA- SUDARYANTO, S.H.

26. PARTAI GOLONGAN KARYA- NURCHOLIS SUHARMAN, S.IP., M.Si

27. PARTAI KEADILAN SEJAHTERA- AGUS SUMARTONO, S.Si

28. PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA- PURWANTO, S.T

29. PARTAI KEADILAN SEJAHTERA- AMIR SYARIFUDIN

30. PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN- H. MUHAMMAD YAZID, S.Ag

31. PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA- DANANG WAHYU BROTO, S.E, M.Si

32. PARTAI AMANAT NASIONAL- ARIF SETIADI, S.IP.

33. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA- UMARUDDIN MASDAR, S.Ag

34. PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA- RETNO SUDIYANTI, A.Md

35. PARTAI AMANAT NASIONAL- SADAR NARIMA, S.Ag, S.H

36. PARTAI GOLONGAN KARYA- AGUS SUMARYANTO, S.T

37. PARTAI GOLONGAN KARYA- LILIK SYAIFUL AHMAD, S.P

38. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- EKO SUWANTO, S.T, M.Si

39.PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- TUSTIYANI, SH

40.PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- KPH. PURBODININGRAT, SE, MBA

41. PARTAI KEADILAN SEJAHTERA- MUHAMMAD SYAFI'I, S.Psi

42. PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA- ANTON PRABU SEMENDAWAI, S.H, M.Kn

43. PARTAI KEADILAN SEJAHTERA- SOFYAN SETYO DARMAWAN, ST., M.Eng.

44. PARTAI KEADILAN SEJAHTERA- HUDA TRI YUDIANA, S.T

45. PARTAI KEADILAN SEJAHTERA- MUH AJRUDIN AKBAR. S.SOS.I

46. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- NOVIDA KARTIKA HADHI, S.T

47. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA- SYUKRON ARIF MUTTAQIN, S.E

48. PARTAI AMANAT NASIONAL- drg. HJ. HANUM SALSABIELA, MBA

49. PARTAI DEMOKRAT- ERLIA RISTI, SE

50. PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA- STEVANUS CHRISTIAN HANDOKO, S.Kom., MM.

51. PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA- IKA DAMAYANTI FATMA NEGARA, S.IP.

52. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA- HIFNI MUHAMMAD NASIKH, S.E., MBA.

53. PARTAI AMANAT NASIONAL- H. AHMAD BAIHAQY RAIS, Bbus, M.A

54. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN- WAHYU PRADANA ADE PUTRA, S.Psi

55. PARTAI GOLONGAN KARYA- Hj. RANY WIDAYATI, S.E., MM.

SuaraJogja.id - Lagi-lagi tingkah Kaesang Pangarep membikin warganet terhibur. Kali ini, membagikan foto sosok yang mirip Presiden RI Jokowi Widodo atau akrab disapa Jokowi sedang makan mie ayam di warung.

Tampak dalam foto tersebut, sosok mirip Presiden Jokowi sedang menuangkan saos dari botol layaknya masyarakat umum sedang makan mie ayam. Hal itu tentu menjadi tayangan langka nan unik bila menilik posisinya sebagai Presiden.

Belum lagi tulisan keterangannnya dalam foto tersebut. "Akan Kuhadapi semuanya, tapi sambil makan mie ayam,"tulisnya.

Dalam foto tersebut, sosok yang mirip Presiden Jokowi masih tampak muda dengan jaket berwarna hitam.

Baca Juga:Pernikahan Kaesang dengan Erina Gudono Bakal Digelar di Mangkunegaran?

Foto sosok diduga mirip Presiden Jokowi sedang akan makan mie ayam diunggah akun Twitter @kaesanggp, Selasa (25/10). Foto ini pun memicu komentar warganet. "Ga takut ada kang bakso depan rumah mas?"tulisnya.

"Kak kaesang kamu tim di aduk apa nggak klo mam mie ayam, kalo aku tim langsung makan,"tulis warganet lain.

Warganet ini menyarankan agar sang Ayah di-tag oleh Kaesang."Minimal pakdhe di tag lahh,"tulisnya.

"Gmn ya jd anaknya pak jokowi, kan blio punya kembaran banyak. Klo smuanya kmpul gt jd kek hah mna bpakku??"tulis Clody.

Warganet ini berkomentar kocak karena berani bercanda dengan Presiden."Wah parah banget bercandain Presiden,"tulisnya.

Baca Juga:Pemilik Klub Jadi Pengurus PSSI, Kaesang Pangarep Beri Sindiran Menohok: Itu Sudah Conflict of Interest

"Maaf ini pak jokowi bukan ya? soalnya kok agak mirip,"tulis warganet lain.

"Anak mana yang berani bapaknya dijadiin meme,"tulis Anjar.

Warganet bernama Dahne menantang Kaesang untuk membagikannya di grup keluarga. "Coba share digrup wa keluarga berani gaa,"tulisnya.

"Asseemm memang mas kaesang ini,"tulis Fuad Rizhaldy.

Kontributor : Ismoyo Sedjati

Popularitas Jokowi sedang Diuji. Mantan Ketua MPR Amien Rais mulai melancarkan serangan kepada Gubernur DKI Jakarta itu. 'Gus Dur' pun tiba-tiba muncul.

Di tengah popularitas tinggi politisi PDIP bernama lengkap Joko Widodo sebagai presiden, isu 'murahan' dilemparkan Amien Rais. Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu meragukan Jokowi sebagai politisi yang nasionalis.

Alasannya, menurut Amien, Megawati Sukarnoputri yang merupakan Ketua Umum PDIP saja saat menjadi presiden menjual saham PT Indosat Tbk ke asing, yang merupakan kebijakan yang berlawanan dengan semangat nasionalisme.

"Saya ingin melihat yang betul-betul memegang negeri kita ini yang betul-betul memegang kedaulatan negara kita," katanya pada 12 September lalu.

Amien pun menilai gaya blusukan Jokowi merupakan kegiatan yang sia-sia. Sebab, ia tidak merasakan adanya hasil positif dari blusukannya. "Ini tipe politisi yang relatif baru, lebih banyak blusukannya daripada di kantor. Korelasi blusukan dan hasilnya belum begitu terasa. Makanya saya katakan stop blusukan dan kerja beneran," cetus Amien.

Tak sampai di situ, Amien juga menyerang Jokowi dengan menyamakan mantan Walikota Solo itu dengan mantan Presiden Filipina Joseph Estrada. Kesamaannya, mereka dipilih karena popularitas.

Estrada, ungkapnya, terpilih sebagai presiden karena popularitasnya sebagai bintang film di Filipina. Namun, hanya bertahan beberapa bulan memimpin Filipina setelah digulingkan melalui kudeta dan digantikan oleh Gloria Macapagal Arroyo.

"Joseph Estrada setiap malam kerjanya hanya mabuk, dan dia dipilih hanya berdasarkan popularitasnya. Jokowi memang tidak separah Joseph Estrada, tapi jangan memilih dia karena popularitasnya saja," papar Amien.

Serangan Amien Rais itu berbeda dengan pernyataan sebelumnya yang berencana

dengan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa sebagai calon presiden dan wakil presiden 2014.

Menurutnya, karena politik itu sangatlah lentur maka jika PAN tidak mencapai target 2 digit atau di atas 10 persen dalam perolehan kursi di parlemen, maka partai berlambang matahari putih ini hanya akan menjadikan Hatta Rajasa sebagai cawapres.

"Tapi tentu politik kan juga luwes. Ya, Jadi kalau memang PAN double digit atau 10 persen ke atas maka akan mantap. Tapi andaikata PAN belum sampai 10 persen, maka mungkin juga andaikata mengisi calon kepemimpinan sebagai wakil presiden," ungkap Amien pada 8 Juli lalu.

Mantan Ketua MPR ini mengakui, saat ini popularitas dari Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi sangat tinggi. Maka itu tidak menutup kemungkinan juga Hatta Rajasa menjadi cawapres dari Prabowo atau Jokowi dalam Pilpres 2014.

"Menurut saya kombinasi yang saat ini ada Pak Jokowi, Prabowo, ada yang lain-lain juga. Kita kadang-kadang membayangkan bagaimana kalau misalnya duet Prabowo-Hatta atau Jokowi-Hatta. Atau mungkin sebaliknya bisa saja. Kita open kita masih terbuka. Saya sekarang hanya pengamat, penasihat saja. Saya tidak menentukan," papar Amien.

Bertolak belakangan dengan Amien Rais, aksi blusukan Jokowi 'disanjung' surat kabar Amerika Serikat

. Aktivitas Jokowi yang keluar masuk kampung itu disebut tak pernah dilakukan oleh elite politik sebelumnya.

Seperti dibeberkan New York Times, Rabu 25 September, Jokowi tak sungkan menyambangi warganya. Tak pernah risih dikerumuni. Ia pun tak merasa jijik berkelana memasuki kawasan kumuh, pasar tradisional, dan lingkungan lain.

Begitu pula saat wanita dan pria di jalanan mencoba untuk menyentuhnya. Ia selalu terbuka saat anak-anak muda mencium tangannya sebagai ungkapan rasa rasa hormat.

Jokowi menyambangi warganya untuk mengetahui apakah programnya berjalan atau tidak. Dengan rendah hati, kata Jokowi, orang-orang yang ia temui sebenarnya tidak begitu bersemangat melihat kedatangannya. "Mereka hanya terkejut melihat pemimpin Indonesia keluar dari kantornya," ujar Jokowi seperti dikutip

"Orang-orang mengatakan 'demokrasi jalanan' karena saya mendatangi mereka. Aku menjelaskan program. Mereka juga bisa menyampaikan ide," kata Jokowi.

Dalam artikel sepanjang 18 paragraf juga disinggung sejumlah prestasi Jokowi. Misalnya, memindahkan PKL dari jalan-jalan sekitar Tanah Abang, pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara, yang menyebabkan kemacetan lalu lintas. Lalu, memberi mereka tempat di Blok G.

New York Times mencatat, pamor politik Jokowi kian mencorong dalam berbagai survei calon presiden. Jokowi selalu berada di peringkat teratas, dengan Prabowo Subianto berada di urutan kedua tapi dengan selisih hampir 2 kali lipat.

Ini bukan kali pertama New York Times menulis soal Jokowi. Saat Jokowi mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta,

menurunkan artikel berjudul "Outsider Breathing New Ideas Into Jakarta Election" pada September 2012.

Media itu menulis, "Di negara dengan politisi sering kali berasal dari elite yang terkait atau memiliki hubungan dengan mendiang Presiden Soeharto dan militer, Joko, dikenal dengan julukan Jokowi, muncul mewakili generasi baru politisi."

Jokowi tak mau ambil pusing dengan serang-serangan yang dilancarkan Amien Rais.

, Jokowi menanggapi pernyataan Amien yang menyamakannya dengan mantan Presiden Filipina Joseph Estrada.

"Kalau saya dibandingkan dengan Estrada, saya lebih ganteng dong," ujar Jokowi di Balaikota DKI Jakarta, Rabu (25/9/2013).

Amien Rais juga menyindir Jokowi juga tidak berhasil ketika memimpin Solo yang menjadi salah satu kota termiskin di Jawa Tengah, karena itu ia meminta masyarakat tidak memuji Jokowi hanya karena popularitasnya.

Terkait itu, Jokowi menolak untuk berkomentar lebih jauh. Ia mengaku saat ini ia hanya ingin fokus pada tugasnya membenahi berbagai permasalahan di Jakarta.

"Nggak ngerti, saya nggak urus popularitas. Urusan saya cuma kerja," ucap Jokowi.

Meski mendapat serangan dari Amien Rais, PDIP sebagai pengusung Jokowi, tidak geram. Bahkan, partai berlambang banteng moncong putih

"Hahaha.... Lucu juga, sebaiknya beliau lebih tepat mempersiapkan kadernya sendiri di internal untuk bisa diketengahkan dan dipersiapkan untuk menjadi calon-calon pemimpin ke depan," kata Wakil Sekjen PDIP Eriko Sotarduga di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (26/9/2013).

Eriko yang juga merupakan anggota Komisi V DPR RI ini mengaku kaget lantaran secara tiba-tiba mantan Ketua MPR RI itu mengomentari Jokowi. Bahkan mempersoalkan tingginya popularitas dan elektabilitas dari Jokowi.

Eriko juga menjelaskan, masalah capres dari PDIP merupakan hak dan wewenang Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Karena itu, Amien Rais dinilai tak layak mencampuri urusan partai lain terkait sosok capres yang akan diusung dalam Pilpres.

"Paling tidak PDIP melalui ketua umum menunjukkan siap dengan banyaknya kader-kader muda yang siap untuk diketengahkan dan memimpin di pelbagai posisi dan bidang," ucap Eriko.

Politisi senior PDIP Pramono Anung menambahkan, partainya yakin sindiran Amien Rais kepada Jokowi tak akan mempengaruhi persepsi rakyat. Sebab, pernyataan elite partai tak lagi bisa memengaruhi persepsi publik.

"Bagaimana rakyat memberikan persepsi. Itu tergantung persepsinya rakyat. Sekarang ini elite bisa ngomong apa saja seperti apa yang disampaikan Pak Amien Rais," kata Pramono Anung di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.

Pramono mengakui apa yang disampaikan Amien terhadap Jokowi itu sah-sah saja. Tetapi, pernyataan itu

"Sah-sah saja tetapi rakyat memiliki pandangan persepsi kecintaan, kegemaran, favoritisme tersendiri," ungkap Wakil Ketua DPR ini.

Apalagi, kata Pramono, pemilu saat ini bukan pemilu para elite yang dilakukan melalui sidang MPR, tetapi rakyat yang menentukan. "Maka menjadi penilaian rakyat yang memilih siapa yang akan dipilih pada pemilu 2014," tambah mantan Sekjen PDIP ini.

Karena itu Pramono yakin serangan Amien Rais tidak mengurangi kecintaan rakyat Indonesia kepada seseorang tokoh atau kepada calon presiden, yang akan diusung dalam Pilpres 2014 mendatang. "Tetapi mungkin nambah kecintaannya. Karena merasa pandangan mereka seakan-akan mau dipengaruhi," tegas politisi yang karib disapa Pram ini.

Pakar komunikasi politik Universitas Mercubuana Heri Budianto angkat bicara terkait serangan-serangan Amien Rais ke Jokowi. Ia menilai, apa yang dilakukan Amien merupakan

"Sindiran Amien Rais kepada Jokowi soal popularitas merupakan bentuk ketakutan dan kekhawatiran Amien Rais sebagai Ketua Dewan Pembina PAN," ujar Heri Budianto kepada Liputan6.com.

Sikap ini juga, kata Heri, termasuk dalam kategori black campaign atau kampanye hitam meskipun belum memasuki masa kampanye. Menurutnya, serangan kepada tokoh tertentu yang bermuatan politik dapat dikategorikan sebagai kampanye hitam.

"Saya melihat ini bentuk kekhawatiran berlebihan Amien Rais."

Heri menjelaskan, sejumlah elite partai politik di luar PDIP gundah dengan realitas politik Jokowi yang mampu memimpin elektabilitas di sebagaian besar survei dari sejumlah lembaga survei. "Apalagi perbincangan di publik semakin ramai yang menginginkan Jokowi maju sebagai capres," nilai Heri.

"Saya melihat Amien Rais yang merupakan politisi ternama juga bisa membaca potensi politik Jokowi dalam Pilpres 2014 mendatang. Karenanya, Amien sudah menyiapkan strategi politik untuk menjegal lawan-lawan politik yang bukan dari partainya," sambungnya.

Kendati begitu, tambah Heri, sikap Amien ini akan menguntungkan Jokowi. Sebab, bentuk-bentuk serangan secara pribadi yang ditujukan kepada mantan Walikota Solo ini, justru akan menambah besar dukungan publik kepada Jokowi.

"Ini sudah pernah terjadi, ketika Jokowi diserang dengan isu SARA saat Pilkada DKI lalu. Publik bukannya menolak Jokowi, tapi justru bersimpati pada Jokowi," tandas Heri.

Meski diserang Amien Rais, Jokowi mendapat dukungan dari keluarga mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Karena dianggap mirip, Jokowi pun mendapat sebuah

yang dulunya kerap dipakai Gus Dur.

Peci itu diberikan oleh istri almarhum Gus Dur, Sinta Nuriyah, saat Gubernur DKI Jakarta itu hadir dalam peringatan ulang tahun The Wahid Institute yang ke-9. Dengan tersenyum, Jokowi menerimanya.

"Kenapa diberi peci Gus Dur, karena Pak Jokowi dan Gus Dur mirip. Filosofinya sama, 'Gitu aja kok repot' itu sama. Pak Jokowi nggak repot-repot, langsung turun lapangan," ujar Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid di Jalan Taman Amir Hamzah 8, Jakarta Pusat, Kamis (26/9/2013).

Yenny yang juga putri Gus Dur itu mengatakan, Jokowi sengaja diundang dalam acara peringatan The Wahid Institute ini karena ingin mengapresiasi kepemimpinan mantan Walikota Solo ini, yang dinilai membela rakyat terpinggirkan dan menyelesaikan masalah tanpa kekerasan.

Lantas, apakah pemberian peci ini merupakan

keluarga Gus Dur terhadap Jokowi untuk maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2014?

"Kode apa? Intinya kami memberikan res... apresiasi atas pencapaian Pak Jokowi selama ini dalam hal toleransi beragama. Jangan pancing-pancinglah," ungkap Yenny Wahid.

Menurut Yenny, peci itu diberikan hanya sebagai apresiasi kepemimpinan Jokowi di DKI Jakarta yang mampu mengayomi warga. Selain itu, Jokowi juga punya komitmen luar biasa dalam membangun toleransi beragama. Sikap Jokowi itulah yang dinilai sangat terkait erat dengan program The Wahid Institute yang konsisten dalam memberi penghargaan terhadap keragaman.

"Kemudian track record-nya waktu di Solo kita lihat semua. Bagaimana Beliau mau malah menjalin dialog, yang namanya garis-garis keras itu dirangkul. Gimana caranya supaya mereka nggak bikin onar. Langsung turun ke lapangan. Jadi diredam tidak diberi ruang. Kita mengapresiasi hal-hal seperti itu," tutur Yenny.

Meski menolak disebut memberikan restu, Yenny menilai Jokowi layak menjadi calon presiden dalam Pemilu 2014. "Menurut saya Jokowi layak menjadi kandidat presiden," katanya. Namun sayang, hingga kini Jokowi belum menyatakan kesediaannya untuk mencalonkan diri.

Yenny menambahkan, penilaiannya terhadap Jokowi itu sudah dia sampaikan sejak tahun lalu. Sebab, Jokowi yang merupakan kader PDIP itu mempunyai banyak kesamaan dengan Gus Dur yang tidak ingin disusahkan dengan aturan birokrasi yang kemudian malah membelenggu langkah mereka.

"Jokowi banyak kesamaan dengan Gus Dur. Beliau malah ngasih solusi di lapangan, action. Gitu aja kok repot, kalau Gus Dur kan gitu. Kita yang penting cari solusi. Nah, itu kita lihat," jelas Yenny.

Sementara itu, Jokowi juga menyatakan

. "Gus Dur cerita lucunya banyak. Makanya saya senang ketemu Gus Dur kalau cerita lucu-lucu," ujar Jokowi.

Terkait pemberian peci yang biasa dipakai Gus Dur, Jokowi tidak ingin berkomentar banyak mengenai alasan pemberian hadiah tersebut. "Ini pecinya pas banget. Ini dilihat tho. Pas banget ini," ujarnya singkat sambil menunjukkan peci dengan posisi miring yang ia kenakan. (Mut)